Skip to main content

Menuju Universal Basic Income: Akhir kemiskinan dan awal pemerintahan tunggal?

25 tahun lalu, China memproduksi 5% kebutuhan manufaktur dunia. Saat ini, China telah memsuplai dunia dengan sekitar 25% berbagai barang yang dibutuhkan di dunia. Kemajuan China ini berawal dari upah buruh yang rendah tetapi berkualitas yang mendorong modal membanjiri China. Dampak dari kemajuan China adalah matinya industri manufaktur di berbagai belahan dunia. Tidak terkecuali dengan Indonesia. Industri garmen dan mainan yang dulu mewarnai ekonomi Indonesia adalah salah satu korban, banyak pengusaha yang gulung tikar.
Lalu apa yang terjadi 15-25 tahun mendatang? Kemajuan yang sudah mulai terbaca adalah kemajuan industri robot dan pengetahuan buatan (artificial intelegency). Keduanya akan sangat menolong manusia dalam melaksanakan berbagai hal. Selain kekuatiran bahwa robot bisa semakin mandiri dan lepas dari kontrol manusia, robot akan menjadi pekerja yang jauh lebih unggul dari pada manusia tetapi harganya semakin terjangkau dan jauh lebih murah dari upah manusia. Produktifitas robot akan jauh lebih unggul dari pekerja pabrik di China.
Robot akan mengambilalih beragam profesi yang saat ini dilaksanakan oleh manusia. Tidak hanya profesi yang membutuhkan aktifitas fisik yang berulang  termasuk didalamnya pekerjaan yang terkait dengan produksi makanan seperti petani yang hilang. Robot akan bekerja layaknya petani dengan produktifitas yang berlipat ganda.  Maka, sudah pasti makanan akan melimpah dengan harga yang sangat murah.
Salah satu faktor pendukung murahnya produksi adalah karena energi yang melimpah. Saat ini research energi terbaru semakin menjanjikan produksi energi bersih yang tidak terbatas. Elon Musk dengan perusahaan SolarCity adalah salah satu pelopornya. Dan, ini juga artinya beragam profesi yang terkait dengan produksi energi berbasis bahan tambang akan berguguran. SolarCity sudah mulai membanjiri pasar barat dengan beragam produk energi bersih, dan dalam waktu tidak lama lagi bisa jadi mereka akan masuk ke Indonesia.
Kemajuan yang semakin mengancam profesi petani dan terkait adalah produksi bahan makanan di laboratorium. Makanan ini jauh lebih higenis dan punya dampak lingkungan yang sangat sedikit. Sejak tahun lalu, misalnya, China telah menandatangani kontrak dagang dengan Israel untuk membeli daging yang diproduksi di laboratorium senilai $300juta. Kalau sudah begini, maka pasar ternak/daging yang kita produksi dengan beragam resiko seperti penyakit tidak lagi akan diminati di pasar. Lalu, hilanglah profesi yang terkait dengan industri peternakan dan daging konvesional.
Semua kemajuan ini menyebabkan pengangguran meningkat tajam. Akan ada sekitar 800juta pekerjaan yang hilang karena robot pada tahun 2030. Manusia tidak bisa berkompetisi dengan robot. 

Salah solusi yang sudah mulai dibicarakan  dan diterapkan adalah penyediaan 'universal basic income (UBI)', yaitu semacam pendapatan dasar bagi semua warga negara. Semua orang akan mendapat semacam Bantuan Tunai Langsung (BLT) untuk memenuhi kebutuhan dasar. Sehingga, paling tidak orang akan bebas dari kemiskinan berbasis makanan. Mulai tahun lalu, Finlandia telah melakukan ujicoba UBI. Lalu, beberapa negara seperti Amerika serikat  dan India mulai melakukan debat terkait UBI .
Tetapi kalau petani berguguran, maka peluang pemerintah negara-bangsa akan  berguguran, paling tidak legitimasi mereka semakin melemah. Kita telah menyaksikannya saat penguasa 32-tahun orde baru, Soeharto, harus tunduk pada dikte IMF lalu kemudian mundur. Kalau pemerintah negara-bangsa sudah tidak bisa lagi menyediakan pasar bagi produksi dalam negeri, atau kalau harga barang dalam negeri berguguran karena produksi versi barang import oleh robot melimpah, maka insentif untuk berproduksi melemah dan pemutusan hubungan kerja (PHK)/pengangguran akan sulit dihindari; pembenaran bagi UBI untuk diterapkan pada level global.  Loyalitas warga negara-bangsa akan tumbuh dan kuat terhadap otoritas pengelola UBI. 

Saat ini saja kedaulatan negara-bangsa di data sipil misalnya sudah diambilalih perusahaan global seperti google dan facebook; mereka tidak harus menguasai data melalui mekanisme seperti kasus e-KTP.  Diawali dengan pengalihan kedaulatan dibidang ekonomi kepada otoritas pengelola UBI, maka bisa jadi jalan menuju lahirnya pemerintahan tunggal dunia akan semakin terbuka lebar.

Comments

Popular posts from this blog

“Empowerment” berarti “Disempowerment”?

“Lebih baik hujan batu di negeri sendiri dari pada hujan emas di negeri orang lain” menyesatkan dan meninabobokan penduduk miskin. Tanah yang subur (kolom susu) dan keluarga yang banyak membuat penduduk miskin tergilas oleh hujan kapitalis yang menyenyakan tidur siang. Tetapi fakta ini juga yang terjadi pada kebijakan publik yang tertidur pulas. Kehadiran Flobamora Mall di Kupang di awal tahun 2000-an, disusul Lippo Mal di akhir 2014 sebagai contoh, disambut dengan antusias. Masyarakat senang menjadi tuan rumah pusat pembelajaan modern, satu atap, serba ac dan bahkan serba Rp.5000. Namun dampak negatifnya cepat dan sangat terasa. Beberapa tetangga di Oebufu tidak hanya berkurang omzet penjualan di usaha mereka [kios dan toko] tetapi juga kehilangan tanahnya akibat berkurangnya pasar tradisional yang menjadi andalannya dan meningkatnya nilai jual tanah. Masyarakat lebih senang berbelanja di supermarket dari pada di warung kecil dan yang pasti biaya sewa beralih ke mall dari pada

Strategi belajar Bahasa Inggris, raih TOEFL tinggi

Beasiswa melimpah Saat ini telah tersedia beasiswa baik dari dalam negeri maupun luar negeri yang melimpah. Beasiswa dalam negeri untuk kuliah di luar negeri terbanyak disediakan oleh LPDP . Kalau penyedia beasiswa yang oleh lembaga asing itu paling banyak adalah AUSAid ( Australia Award Scholarship ), StuNed (Study in the Netherlands), NZAid ( New Zealand ASEAN Scholarship ), Uni Eropa ( Erasmus ) dan masih banyak lagi.  Dari pengalaman saya, jumlah pelamar yang memenuhi syarat itu tidak pernah melebihi quota beasiswa yang disediakan. Ini artinya bahwa banyaknya penduduk dan pelamar dari Indonesia bukanlah masalah. Semua orang pernah gagal Hal berikut yang perlu temans pahami adalah bahwa semua orang pernah gagal. Banyak temans yang bermimpi untuk bisa melanjutkan kuliah ke luar negeri via beasiswa , tapi ternyata bahasa inggris menjadi kendala besar. Ini kisah hampir semua orang yang pernah kuliah di luar negeri. Ini bukan kisah orang yang hanya bisa bermimpi. Artinya, bahasa

DPRD bukan Legislatif dan Otoritasnya Tidak Setingkat Kepala Daerah?

15 June 2015 at 11:35 Kewenangan DPRD sering disewenangkan   yang menyebabkan pemerintah pusat mendukung pemerintah daerah menetapkan peraturan daerah tanpa harus melibatkan DPRD untuk menghindari masalah yang lebih besar .  Penyebabnya, DPRD sering disamakan dengan DPR yang secara jelas memiliki hak kekuasaan seperti yang diuraikan oleh Montequieu lewat Teori Trias Politica. Secara jelas dikatakan bahwa " penyelenggaraan pemerintahan di pusat terdiri atas lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif, [sedangkan] penyelenggaraan pemerintahan daerah dilaksanakan oleh DPRD dan Kepala Daerah  (Amendemen kedua Pasal 18 UUD 1945; Penjelasan Umum UU 23/2014). Jadi pemisahan kekuasaan itu hanya ada di pusat, tidak ada pemisahan di daerah; DPRD dan Kepala Daerah adalah sama-sama unsur pemerintahan daerah.  Lalu timbul pertanyaan, apakah itu urusan pemerintahan yang dilaksanakan oleh pemerintahan daerah? Di pasal 1 ayat 5 UU 23 tahun 2014 secara jelas dikatakan ba